PENGARUH CUACA, IKLIM dan
TANAMAN
1. Pengaruh iklim dalam produksi tanaman.
Hasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara
faktor genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan,
pola iklim dan teknologi. Dari faktor lingkungan, maka faktor tanah merupakan
modal utama. Keadaan tanah sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim, yaitu
hujan, suhu dan kelembaban. Pengaruh itu kadang menguntungkan tapi tidak jarang
pula merugikan.
Lang membedakan tanah menjadi 2 tipe yaitu :
Climate Soil tipe,
adalah tanah yang pembentukannya dipengaruhi oleh hujan dan temperatur. Lang
membuat istilah yang disebut dengan faktor hujan dengan rumus : R = r / t
dimana
R: faktor hujan
r: curah hujan tahunan
t : temperatur
Untuk faktor hujan Lang mengambil batasan R=40, untuk daerah
kering dimana nilai R kurang dari 40 tanaman akan tumbuh kurang baik karena
pembentukan zat organik kurang. Apabila R lebih dari 40 kemungkinan produksi
zat organik akan lebih besar. Saat R=120 berarti tanah tersebut bertipe optimal
bagi pertumbuhan. Namun apabila R lebih dari 120 maka akan terjadi humus yang
berlebihan, akibatnya akan terbentuk gambut.
Aclimate Soil
type, adalaah tanah yang pembentukannya bukan disebabkan oleh faktor iklim,
melainkan keadaan batuan.
Faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap tanah adalah
hujan. Air hujan akan mengikis bagian top soil tanah yang merupakan bagian
tanah yang subur. Apabila bagian top soil dibiarkan terkikis terus menerus,
maka lapisan ini akan hilang dan yang tampak adalah lapisan bagian bawahnya,
yang dikenal denga sub soil. Sub soil ini merupakan lapisan di bawahnya yang
kurang subur, masih mentah, di mana mikroorganismenya sudah hilang sehingga
diperlukan perbaikan-perbaikan yang memakan waktu cukup lama untuk menjadi
produktif kembali (antara 2-5 tahun).
Pada tanah yang memiliki land slope 5%-10% gejala-gejala
erosi pada top soil bisa terjadi. Sehingga perlu dilakukan tindakan-tindakan
praktis untuk mempertahankan produktivitasnya. Misalnya dengan melakukan
penanaman menurut kontur dan cross slope seeding of legumes. Pada tanah yang
yang memiliki land slope yang lebih curam yaitu antara 15%-25% yang menurut
penelitian lapisan top soilnya hampir seluruhnya terhanyutkan makam perlu
dibuatkan sengkedan dan drinage yang baik agar saat hujan deras pengikisan
lapisan top soilnya dapat dikurangi.
Selanjutnya tanah yang memiliki land slope antar 25%-35%,
yang berdasarkan penelitian bagian top soil-nya telah tererosi hebat, kandungan
kelembabannya sangat dipengaruhi angin kencang, akan tetapi dalam batas-batas
tertentu masih dapat ditanami misalnya :tanaman yang tumbuhnya rapat,
rumput-rumputan atau jenis makanan ternak. Dengan membiarkan jenis rerumputan
tumbuh didaerah ini, kemungkinan lapisan permukaan akan sedikit demi sedikit
terbentuk kembali. Tanah yang memiliki land slope melebihi 40% sebaiknya
dipelihara sebagai tanah-tanah hutan, ditanami dengan tanaman keras sedang
ground cover crops-nya seperti rerumputan dan semak belukar, dengan cara ini
erosi dapat dihambat.
Berbeda dengan faktor tanah yang telah banyak dipelajari dan
difahami, cuaca dan iklim merupakan salah satu peubah dalam produksi pangan
yang paling sukar dikendalikan. Oleh karena itu dalam usaha pertanian, umumnya
disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Junghuhn mengklasifikasi daerah
iklim di Pulau Jawa secara vertikal sesuai dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan
Pembagian daerah iklim tersebut adalah:
Daerah
panas/tropis
Tinggi tempat : 0
– 600 m dari permukaan laut.
Suhu : 26,3o C –
22o C.
Tanaman : padi,
jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, coklat.
Daerah sedang
Tinggi tempat :
600 m – 1500 m dari permukaan laut.
Suhu : 22o C –
17,1o C.
Tanaman : padi,
tembakau, teh, kopi, coklat, kina, sayur-sayuran.
Daerah sejuk
Tinggi tempat :
1500 – 2500 m dari permukaan laut.
Suhu : 17,1o C –
11,1o C.
Tanaman : kopi,
teh, kina, sayur-sayuran.
Daerah dingin
Tinggi tempat :
lebih dari 2500 m dari permukaan laut.
Suhu : 11,1o C –
6,2o C.
Tanaman : Tidak
ada tanaman budidaya.
Di Indonesia, perhatian dan kerjasama antara para ahli
klimatologi dengan ahli pertanian semakin meningkat terutama dalam rangka
menunjang produksi tanaman pangan. Daya hasil beberapa tanama pangan di
Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti
Jepang dan Amerika Serikat. Perbedaan ini disebabkan oleh pemakaian teknologi
tinggi dan pengelolan yang baik. Penigkatan produksi tanaman pangan selain
dengan panca usaha tani juga dilakukan dengan pemanfaatan iklim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar